Akademisi Sebut Predator Seksual Incar Media Sosial

Bengkulu, sentralnews.com- Jumlah pengguna internet di Indonesia terus tumbuh, bahkan di kutip dari republika.co.id angka akses internet di Tanah Air mencapai 64,8 persen per tahun 2018.

Kemudahan akses internet, menurut Akademisi Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu, Mas Agus Firmansyah menjadi ladang bagi predator seksual untuk mencari dan menyatakan hasratnya.

“Orang yang memiliki kemampuan akses menjadikan ini untuk kesenangan mereka, salah satunya menjadikan media sosial menghasilkan konten pornografi. Implikasi dari kebebasan akses internet secara tidak sadar memberikan ruang kepada predator seks untuk berkeliaran,” kata Mas Agus, Rabu (15/1) di Universitas Bengkulu.

Mas Agus menjelaskan, bahwasannya sosial media menggunakan mekanisme algoritma. Dimana jejak pencarian pada internet membuat sosial media seperti facebook ataupun youtube merekomendasikan tayangan yang ada di catatan pencarian seseorang ketika mengakses internet. Hal ini membuat tayangan-tayangan menjadi tidak terkontrol. Karenanya, ia berpendapat bahwa pemerintah harus memiliki filter untuk menjaring konten-konten.

“Di internet transaksi seks sangat masif penyebarannya. Seharusnya sejak awal pemerintah harus membatasi akses ini entah itu melalui Kominfo dan lain-lain, meskipun ini sudah terlanjur,” ungkapnya.

Mas Agus menyebutkan di Indonesia terutama di Bengkulu upaya memblokir kebebasan akses internet dianggap sebagai pemasungan demokrasi, akhirnya akses internet yang tidak bisa di kontrol menjadi tidak steril dari transaksi seks.

“Ketika internet dibatasi pemerintah, maka kita menyebutnya melakukan pemasungan demokrasi. Padahal arti kebebasan berdemokrasi itu sendiri artinya tidak semua orientasi harus dibebaskan. Bahkankita belum menyiapkan untuk anak-anak ketika dia mengakses internet, dia harus diberi informasi, dan itu seharusnya ada aturannya,” imbuhnya. (Lcy)