Melihat Peluang Agribisnis Ayam KUB di Bengkulu

(doc. Harwi Kusnadi)

Opini Indonesia,  Sentralnews.com – Ayam Kampung Unggul Balitbangtan (KUB) adalah produk hasil inovasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Ayam hasil seleksi plasma nutfah asli Indonesia ini mampu memproduksi telur sebanyak 180 butir/tahun. Kemampuan produksi telurnya yang tinggi menyebabkan ayam ini mampu menghasilkan Day of Chicken (DOC) dalam jumlah yang banyak. Sifat mengeram dan angka kematian yang rendah dan merupakan keunggulan ayam yang telah diakui sebagai galur baru melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 274/Kpts/SR.120/2/2014.

Galur baru yang pada mulanya hanya sebagai ayam petelur, saat ini berpeluang untuk dikembangkan menjadi ayam potong seiring dengan peningkatan konsumsi per kapita daging ayam selama sepuluh tahun terakhir sebesar 5.64% per tahun berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional. Di Provinsi Bengkulu, tren produksi ayam kampung diperkirakan mengalami peningkatan dari 4.109,75 kg pada tahun 2019 menjadi 4.556,87 pada tahun 2020 seperti halnya tren konsumsi sumber kalori dari ayam kampung/ras rumah tangga di Bengkulu yang juga meningkat dari 53.35 pada tahun 2018 menjadi 53.87% pada tahun 2020.

(doc. Lina Ivanti)

Lalu bagaimana memulai produksi ayam KUB? Sebelumnya ayam KUB di Bengkulu diperkenalkan sejak tahun 2014 melalui Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari sebagai komoditas yang dibudidayak untuk memenuhi konsumsi protein rumah tangga. Selanjutnya usahatani ini berkembang menjadi skala yang lebih besar. Usaha tani ayam KUB dengan skala yang lebih besar membutuhkan input produksi lahan/lokasi untuk kandang, pembuatan kandang, peralatan kandang, bibit ayam DOC, pakan, sekam untuk alas kandang, dan obat-obatan.

Selain itu, budidaya ayam KUB juga memerlukan faktor produksi tenaga kerja yang sangat penting peranannya. Penggunaan tenaga kerja sangat dominan terutama pada saat membuka lahan baru untuk lokasi kandang, pengangkutan, pembersihan kandang, pemberian pakan, dan pengendalian penyakit pada ternak ayam. Apabila dihitung input produksinya, usaha 1000 ekor ayam KUB umur 8 minggu membutuhkan input sebesar Rp. 25.480.000 meliputi biaya kandang dan peralatan, biaya penyusutan kandang dan peralatan, biaya pembelian DOC, biaya pakan starter dan finisher, jamu, vaksin serta biaya tenaga kerja. Keuntungan bersih yang diperoleh dengan harga jual ayam Rp. 33.250,00 dengan tingkat kematian ayam 5% yakni sebesar Rp. 7.770.000,00.

Peluang keuntungan yang diperoleh dari hasil produksi ayam KUB tersebut turut membuka peluang bisnis ayam KUB. Agribisnis ayam KUB tidak hanya melibatkan peternak sebagai produsen namun juga rantai pemasaran. Rantai pasok ayam KUB di Bengkulu masih melibatkan pedagang besar sebagai pelaku utama. Pedagang besar ini akan mendatangi peternak-peternak ayam untuk membeli ayam hidup kemudian melakukan pemotongan di RPH dan menjualnya langsung ke rumah tangga maupun restoran. Selain peluang bisnis produk dari sektor hilir seperti penjualan ayam hidup, DOC, karkas, dan telur ayam, produk dari sektor hilir juga memiliki prospek untuk dikembangkan seperti ayam ungkep, ayam rica-rica, rendang ayam, dan masih banyak lagi variasi produk yang bisa dihasilkan.

(doc. Lina Ivanti)

Tak hanya keuntungan yang bisa diraup dari bisnis ayam KUB ini tetapi juga tidak lepas dari berbagai kendala diantaranya harga pakan yang mahal serta ketersediaan DOC yang masih terbatas. Khusus di Bengkulu akses DOC ayam KUB masih mengandalkan pasokan dari Pulau Jawa. Menurut Harwi Kusnadi, peneliti peternakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu, “BPTP Bengkulu akan membantu menyediakan stok DOC dari kandang INTI BPTP Bengkulu, selain itu akan akan dilakukan kerjasama kemitraan dengan peternak PLASMA di Kota Bengkulu dalam penyediaan bibit ayam ini dan untuk mengatasi mahalnya harga pakan bisa disiasati dengan penggunaan pakan alternatif seperti azolla, Black Fly Soldier (BSF), dan maggot.”

Oleh : Mahasiswa Pasca Sarjana, Agribisnis , Universitas Bengkulu Lina Ivanti STP.