Bengkulu, Sentralnews.com – Pengelola Hotel Grand Atlet, Tajri, membantah berita salah satu media siber yang menyebut hotelnya menjajakan prostitusi online. Dia menegaskan bahwa berita tersebut tidak benar.
“Saya tegaskan bahwa hotel kami tidak menjajakan prostitusi online seperti yang disebut dalam berita itu”, ucap Tajri, pada hari Rabu (9/6).
Tajri mengungkapkan, beberapa waktu yang lalu dirinya memang didatangi oleh seorang wartawan. Kemudian, wartawan itu mewawancarainya mengenai adanya dugaan prostitusi online di Hotel Grand Atlet.
“Sebenarnya saya sudah jelaskan bahwa hotel ini tidak menyediakan layanan prostitusi online. Kemudian saya pun juga sudah berikan klarifikasi tentang dugaan tersebut. Tapi saya kaget, kok malah beritanya jadi seperti itu. Seolah-olah hotel ini menyediakan layanan prostitusi secara online”, ungkapnya.
Hotel Grand Atlet saat ini, kata Tajri, justru sudah banyak mengalami kemajuan. Mulai dari tampilan visual sampai dengan pelayanannya.
“Saat ini, justru kami sedang berusaha agar hotel ini menjadi contoh bagi yang lain. Sebab, Hotel Grand Atlet ini kan aset pemerintah daerah. Tentu hotel ini harus bagus mulai dari tampilannya secara visual, termasuk pelayanan terhadap tamu yang datang menginap. Dan tidak mungkin kami melakukan itu (layanan prostitusi online). Itu justru membuat publik antipati terhadap hotel ini”, terangnya.
Di masa mendatang, sambung Tajri, pihaknya pun menargetkan hotel ini bernuansa syariah. Bagi tamu yang datang dengan rekan yang bukan muhrim, dilarang menginap di hotel tersebut.
Manajer Hotel Grand Atlet Erwan Setiawan juga menjelaskan prosedur administratif yang dilakukan pihak hotel jika ada tamu yang memesan kamar untuk menginap disana.
“Saat ingin check in, kami minta yang bersangkutan untuk menunjukkan KTP-nya. Jika ada yang mencurigakan tentu saja kami tolak. Lantas, untuk tamu yang diterima check in disini, tentu kami tak memiliki hak untuk mengetahui aktivitasnya di dalam kamar. Sebab itu adalah privasi tamu”, kata Erwan.
Erwan menyebut, manajemen hotel tak pernah menjajakan atau menawarkan layanan prostitusi online kepada siapa pun.
“Yang jelas, kami secara tegas membantah itu. Manajemen hotel tak pernah melakukan hal tersebut. Soal aktivitas tamu di dalam kamar, ya kami tidak tahu”, demikian Erwan.
Di masa pandemi Covid-19, jumlah tamu yang menginap setiap bulannya di Hotel Grand Atlet terbilang sepi. Hal ini diakui oleh Erwan. Kendati demikian, Dia mengklaim, manajemen hotel tetap berupaya agar hotel tersebut tetap dapat menghasilkan PAD bagi daerah.
“Sejak (pandemi) Covid-19 hotel menjadi sepi. Jumlah tamu jauh berkurang ketimbang sebelum pandemi. Kami terus berusaha agar hotel ini tetap memberikan kontribusi PAD bagi daerah. Untuk kegiatan-kegiatan resmi, masih ada yang menyewa aula hotel. Tamu yang menginap masih ada, namun tak seperti sebelumnya”, ucapnya.
Sebagai informasi, Hotel Grand Atlet sebelumnya bernama Wisma Atlet yang merupakan salah satu aset Pemerintah Provinsi Bengkulu. Saat ini, pengelolaannya diserahkan pada pihak ketiga. Sejak saat itu, hotel ini dibenahi dan mengalami banyak kemajuan.
Hotel yang berlokasi persis di komplek Stadion di Jalan Cendana ini tak hanya untuk kepentingan atlet saja, masyarakat umum pun dapat mengakses layanan penginapan di hotel ini. (C15)