HUT Ke-21 Kabupaten Mamasa Diwarnai Duka bagi Aparat Desa, Honorer dan Sertifikasi Guru Yang Tidak Terbayarkan

Mamasa, SentralNews.com – Hari ulang tahun kabupaten Mamasa yang ke-21 diwarnai duka atau kesedihan beberapa pihak termasuk guru-guru yang mendapat sertifikasi, Tamsil yang sudah 3 bulan hak mereka tidak terbayarkan, Jumat (10/03/2023).

Selain guru-guru tersebut tunjangan aparat desa, tenaga honorer dan tunggakan klaim BPJS dibeberapa puskemas juga sampai sekarang tidak ada terbayarkan sampai sekarang.

Hal ini membuat sejumlah Mahasiswa, masyarakat dan beberapa perwakilan dari guru-guru yang mendapat sertifikasi dan aparat desa yang tergabung dalam Poros Rakyat Mamasa melakukan aksi unjuk rasa menyuarakan hak-hak mereka yang mereka anggap tersolimu oleh pemerintah kabupaten Mamasa.

Titik aksi diawali disimpang lima, menuju kantor bupati Mamasa dengan pengawalan ketat dari pihak kepolisian Polres Mamasa,

Beberapa tuntutan para demontrasi yang tergabung dalam poros rakyat Mamasa, yang di warnai dengan kobaran api di tengah jalan yang memberi tanda semangat juang para demontrasi.

Tak hanya itu petaka-petaka yang bertuliskan bayarkan sertifikasi guru, honorer dan tunjangan aparat desa, serta geranda mayat yang menandakan jika pemerintah kabupaten Mamasa telah wafat sehingga hak-hak rakyat tidak terurus lagi, malahan di solimi oleh mereka.

Mereka juga menganggap jika perayaan ulang Tahun Mamasa yang ke-21 yang begitu meriah yang di adakan oleh pemerintah kabupaten Mamasa semakin menyakiti sebagian rakyat Mamasa yang hak-hak mereka tidak terbayarkan termasuk guru-guru yang sertifikasinya tidak di bayarkan, tenaga honorer dan aparat desa.

“Kemeriahan ulang Tahun Mamasa ini tidak sebanding dengan penderitaan rakyat Mamasa yang hak mereka di rampas oleh pemerintah kabupaten Mamasa” kata salah satu orator di atas mobil komando.

Hal senada di sampaikan oleh salah satu Persatuan guru Republik Indonesia yang juga ambil bagian menyuarakan haknya yakni sertifikasinya yang sudah 3 bulan tidak terbayarkan yakni Rimawati.

Dalam orasinya Rimawati mengecam pemerintah kabupaten Mamasa yang tidak telah melakukan penyelewengan hak mereka yakni sertipikasi dan tamsil guru-guru.

Selain itu Rimawati juga mengungkapkan jika dirinya mendapat somasi dari atasannya untuk tidak berkoar koar di media sosial soal penuntutan haknya.

Namun Rimawati tidak memperdulikan surat peringatan atau somasi tersebut dari atasannya demi keadilan yang dia tuntut.

“Saya diberi surat peringatan atau saya disomasi oleh atasan saya tetapi saya tidak takut, saya siap di mutasi asal tidak dimutilasi,”Kata Rima.

Hal tersebut ditanggapi oleh Bupati Mamasa Ramlan Badawi di dampingi wakil bupati Mamasa Martinus tiranda dengan menemui para demontrasi di halaman kantor bupati Mamasa untuk melakukan dialog dengan parah demontrasi.

Di depan parah demontrasi bupati Mamasa Ramlan Badawi menjelaskan jika semua tuntutan mereka semuanya benar namun terkendala pada transferan dari pusat.

“Saya sampaikan jika apa yang kalian tuntut itu juga yang kami rasakan karna semuanya terkendala keadaan transperan dana dari pusat “kata Ramlan

Ramlan lebih jauh menjelaskan jika bukan hanya sertifikasi guru, honorer dan aparat desa yang tidak terbayarkan tetapi mereka juga sudah 2 bulan operasional mereka tidak terbayarkan.

” Bukan hanya sertifikasi guru, honorer dan aparat desa yang tidak terbayarkan tetapi kami juga sudah 2 bulan operasional kami tidak terbayarkan” jelas Ramlan

Dialog parah demontrasi dengan bupati Mamasa tidak mendapat kesepakatan dan parah demontrasi akan kembali melakukan aksi besok tanggal 11/03/2023.(Sakaria)