Lebong, Sentralnews.com – Dugaan praktik kotor di tubuh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Tebo Emas (TTE) Kabupaten Lebong akhirnya pecah ke permukaan. Berdasarkan pengakuan internal, terbongkar adanya praktek pemasangan sambungan rumah (SR) ilegal yang diduga dikendalikan oleh oknum pegawai dan sudah berjalan puluhan tahun secara sistematis.
Informasi mencengangkan ini mencuat, dengan menyeret salah satu nama oknum pegawai perusahaan tersebut. Inisial RH kini menjadi sorotan, karena disebut-sebut sebagai aktor intelektual alias otak mafia SR ilegal dalam tubuh PDAM TTE.
Modusnya, ialah memasang saluran air ilegal kepada calon pelanggan baru di luar mekanisme resmi perusahaan, dengan tarif Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per sambungan, dan langsung masuk kantong pribadi, dan bahkan ada sejumlah SR yang baru dipasang baru, namun tidak berselang satu Minggu usai di pasang, sumber air justru mati total.
“Sudah ratusan SR ilegal dipasang. Duitnya nggak masuk ke kas daerah, tapi masuk ke kantong oknum,” ungkap sumber internal PDAM TTE kepada media ini, Jumat (17/10/2025).
Praktik kotor ini bukan cerita baru. Dari penelusuran awak media, PDAM TTE memang dikenal sebagai perusahaan daerah yang sarat masalah sejak dulu.
Buruknya tata kelola, lemahnya pengawasan, dan suburnya praktik pungli menjadikan PDAM TTE terpuruk bertahun-tahun.
Fakta ini juga didukung oleh laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di tahun-tahun sebelumnya yang menyoroti tata kelola keuangan PDAM TTE yang amburadul dan adanya dugaan temuan yang nilainya mencapai Rp5 miliar.
Alih-alih bersih-bersih internal, praktik mafia justru makin tumbuh subur. Bahkan pada era Direktur Akhmad Nur’ain, S.Sos bukannya dibenahi, justru praktik kotor tersebut diduga semakin berkembang dan menjadi-jadi.
“Zaman Nur’ain, justru tambah amburadul. Tidak ada pembenahan, yang ada malah pembiaran dan dijadikan ajang untuk memperkaya diri, ujar sumber internal lain.
Penelusuran media ini menunjukkan, skandal yang terjadi hari ini bukanlah kasus satu-satunya. Berikut rekam jejak masalah di tubuh PDAM TTE yang pernah mencuat.
Aset perusahaan terbengkalai dan tidak jelas pengelolaannya.
Ratusan pelanggan mengeluh air sering mati tapi tagihan tetap jalan.
Dugaan kehilangan water meter di Gudang PDAM.
Dugaan adanya gratifikasi pemasangan jaringan baru yang tidak pernah diproses.
Dugaan pemasangan SR ilegal tanpa water meter.
Laporan PDAM defisit setiap tahun tapi oknum makin kaya.
Kemudian, adanya dugaan kebocoran pendapatan pada perusahaan pelat merah ini. Nilainya ditaksir mencapai Rp2,5 hingga Rp5 miliar setiap tahunnya.
Kini, skandal SR ilegal semakin membuka tabir bobroknya manajemen PDAM TTE. Dari bukti dan pengakuan yang dihimpun, uang pemasangan pelanggan diduga tidak pernah masuk ke sistem resmi, Modusnya sangatlah rapi, menerbitkan rekening fiktif dan tanpa bukti setor bank.
Seorang pegawai internal mengaku pernah menyetor uang pemasangan ke pria inisial RH langsung. Tapi RH malah menantang balik.
“Kalau berani, buktikan, Mana buktinya aku terima duit itu, ” kata sumber menjelaskan, sembari mengikuti perkataan oknum yang diduga sebagai aktor dalam dugaan pemasangan SR ilegal.
Tak cukup sampai di situ, RH bahkan dituding melakukan intimidasi ke rekan-rekannya yang berani buka suara. Mereka diancam agar tidak membocorkan praktik kotor ini ke luar PDAM.
Terkait adanya dugaan tersebut, berdasarkan keterangan dan informasi dari pihak internal PDAM, Wartawan sudah melakukan upaya konfirmasi, namun hingga saat ini, belum ada keterangan dan penyampaian resmi dari oknum Kasubag Transmisi dan Distribusi yang diduga namanya disebut-sebut sebagai aktor SR ilegal di tubuh PDAM itu.
Dengan segala temuan ini, kuat dugaan terjadi tindak pidana korupsi, pungli dan pemerasan, bahkan persekongkolan terstruktur dalam tubuh PDAM TTE.
Publik kini menunggu nyali penegak hukum. APH Lebong ditantang untuk berani membongkar mafia air ini, Atau kasus ini, lagi-lagi tamat sebelum dimulai dan diam tanpa penjelasan. (FR)



















