Bengkulu, SentralNews.com – Kepala Dinas Tenagakerja dan Transmigrasi Provinsi Bengkulu, Edwar Heppy, S.Sos mengungkapkan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan, pemerintah akan segera membangun pabrik Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit dan pabrik minyak goreng di Provinsi Bengkulu.
Dikatakan Edwar, hal ini diungkapkan oleh Menko Marves Luhut saat kunjungan kerja di Provinsi Bengkulu, selasa (12/7/2022) di Gedung Balai Buntar saat Pelantikan dan Pengukuhan Pengurus APDESI se Provinsi Bengkulu masa bakti 2022 – 2027.
Lebih lanjut dikatakan Edwar, pembangunan pabrik tersebut dapat meningkatkan harga (TBS) kelapa sawit serta dapat membuka peluang kerja di Provinsi Bengkulu.
“Menteri Marves sudah menyampaikan akan membangun pabrik sawit dan pabrik minyak goreng secepatnya dibangun di Provinsi Bengkulu guna menstabilkan harga. Dibangunnya Pabrik tersebut tentu akan menyerap tenaga kerja” kata Edwar.
Dikatakan Menteri Marves, nantinya Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang akan melaksanakan pembangunan pabrik di Provinsi Bengkulu tersebut.
Pemerintah pusat, kata Luhut, akan segera melakukan pengosongan tangki di seluruh pabrik sawit untuk menurunkan harga TBS di tingkat petani.
Dengan demikian, perusahaan sawit diharapkan dapat membeli TBS dengan harga yang tinggi dari petani. Pemerintah pusat menargetkan pembelian TBS nantinya di atas dua ribu rupiah per kilogram.
“Presiden juga mengiyakan dengan tangki dikosongkan agar seluruh perusahaan membeli TBS dengan harga yang tinggi,” terangnya.
Saat ini, harga TBS di tingkat petani dibeli dengan kisaran Rp600 hingga Rp700 per kilogram, sedangkan di tingkat pabrik dibeli dengan harga Rp900 per kilogram.
Pemerintah Indonesia akan mendorong percepatan ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk mendongkrak harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di tingkat petani.
Secara terpisah, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menilai bahwa ekspor CPO harus ditingkatkan agar penyerapan sawit di tingkat petani optimal.
“Kalau ekspor lancar, maka pabrik-pabrik bisa mengosongkan tangkinya. Kalau tangki sudah kosong, maka perusahaan akan berebut membeli tandan buah segar,” jelasnya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan per 4 Juli 2022, persetujuan ekspor CPO, RBD Palm Oil, RBD Palm Olein, dan UCO program percepatan melalui skema DMO Simirah tercatat mencapai 1,31 juta ton dengan angka realisasi sebesar 65,91 persen atau 885.500 ton, sehingga volume yang belum terealisasi ada sebanyak 434.067 ton. (Adv)