Bengkulu, Sentralnews.com – Pada tahun 1824, Traktat London menggugah perubahan tak hanya dalam aspek politik, tetapi juga menyulut evolusi industri yang tak terduga di Bengkulu, khususnya dalam sejarah kopi yang kaya dan berkesan. Penandatanganan traktat ini antara Inggris dan Belanda, yang mengatur pertukaran wilayah, memainkan peran kunci dalam membentuk landasan bagi industri kopi yang menjadi tulang punggung ekonomi di tanah Raflesia.
Traktat London atau Perjanjian London merupakan tonggak sejarah penting yang mengubah peta kekuasaan di Eropa dan berdampak pada wilayah jajahan di Indonesia, termasuk Bengkulu. Perjanjian ini ditandatangani pada 17 Maret 1824 antara Inggris dan Belanda sebagai akibat dari kekalahan Napoleon dalam Perang Eropa di Leipzig pada April 1814. Kekalahan Napoleon memengaruhi politik di wilayah jajahan, sehingga Indonesia yang saat itu dikuasai Inggris harus dikembalikan kepada Belanda.
Latar belakang Traktat London ini melibatkan peran Thomas Stamford Raffles, seorang tokoh penting dalam sejarah kolonialisme di Indonesia. Setelah Jawa diserahkan kepada Belanda, Raffles menjadi Gubernur Bengkulu dan memimpin wilayah Sumatera. Konvensi London tahun 1814 menentukan bahwa Inggris harus mengembalikan sebagian wilayah Indonesia kepada Belanda, namun Sumatera dan Kalimantan tidak termasuk dalam konvensi tersebut. Hal ini memungkinkan Raffles untuk memperluas pengaruh Inggris di wilayah tersebut.
Sebelum kedatangan Inggris di Bengkulu, kopi telah ditanam dan mulai dibudidayakan sebagai komoditas ekonomis yang signifikan. Kehadiran Inggris membawa pengetahuan baru dalam budidaya dan pengolahan kopi, membuka jalan bagi perkembangan industri kopi yang berkelanjutan di masa depan. Meskipun Bengkulu berpindah tangan ke Belanda setelah Traktat London, warisan kopinya terus menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan identitas Bengkulu.
Peran Inggris dalam industri kopi Bengkulu tidak dapat diabaikan. Mereka tidak hanya menanamkan fondasi teknis dan pengetahuan yang penting, tetapi juga membangun tradisi kopi yang berkelanjutan. Dengan berakhirnya kekuasaan Inggris dan kedatangan Belanda, Bengkulu berhasil mempertahankan kualitas kopi yang telah ditanamkan sebelumnya. Kopi Bengkulu pun tetap menjadi komoditas yang dicari dan dihargai, baik di pasar lokal maupun internasional.
Traktat London, dengan semua kompleksitasnya, memberikan kontribusi yang tak terduga terhadap perkembangan industri kopi di Bengkulu. Warisan kopi yang kaya dan unik menjadi saksi bisu bagaimana sejarah, politik, dan ekonomi saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Hubungan yang kuat antara Traktat London dan peninggalan kopi Bengkulu mencerminkan kerumitan sejarah dan perubahan yang telah terjadi di wilayah ini.
Melompat ke masa kini, tanaman kopi di Rejang Lebong terus berkembang pesat. Kecamatan Sindang Dataran, dengan produksi kopi terbanyak sebagai penghasil kopi mencapai 3.868 ton yang dihasilkan dari kebun seluas 2.385 hektare, telah menunjukkan potensi luar biasa dalam industri kopi. “Kopi Bubuk Lestari”, sebagai salah satu pelaku UMKM dalam industri kopi lokal, tidak hanya fokus pada peningkatan produksi, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan.
Kopi Bubuk Lestari ini telah menunjukkan inovasi dalam pengelolaan limbah kulit kopi dengan mengubahnya menjadi pakan ternak, menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan. Penghargaan sebagai Desa Wisata terbaik dari GBWI menjadi bukti kemajuan yang dicapai oleh Kopi Bubuk Lestari. Produknya telah diterima dengan baik di pasar lokal dan tersebar di berbagai daerah, bahkan mencoba menembus pasar ekspor.
Meski menghadapi tantangan seperti persyaratan ekspor yang ketat, Kopi Bubuk Lestari tetap teguh dalam visinya untuk menjaga keberlanjutan usaha dan menghadirkan kopi berkualitas bagi masyarakat. Semangat dan dedikasi dari Sang Pemilik, Kopi Lestari Supriadi, menjadi pilar utama dalam perjalanan sukses usaha kecil yang tumbuh menjadi kebanggaan Desa IV Suku Menanti.
Dari sejarah kolonialisme hingga keberlanjutan industri kopi modern, Bengkulu telah menunjukkan bagaimana warisan masa lalu dapat menjadi landasan yang kuat bagi perkembangan masa depan. Kisah Kopi Bubuk Lestari hanyalah satu contoh bagaimana semangat dan inovasi dapat membawa perubahan positif dalam industri kopi lokal.
Pewarta: Arwin Binardi
ditor : Atma Yuda