Lalu, bagaimana cerita masa remaja seorang Fatmawati ?
Bengkulu, SentralNews. com-Terlahir di masa kolonial, membuat Fatmawati tumbuh menjadi remaja dengan didikan sosialisasi tinggi dan memiliki jati diri yang matang. Pengaruh sosialiasi melalui ajaran dan pengalaman dalam kehidupan keluarga dan lingkungan sosialnya, telah mampu membentuk karakter Fatmawati menjadi seorang anak yang tidak sekedar patuh pada tradisinya, tetapi lebih cenderung untuk menyikapi segala bentuk potret kehidupan sosio kulturalnya.
Memiliki ayah seorang pendakwah , Hasan Din juga merupakan Ketua Dewan Pimpinan Muhammadiyah Bengkulu, yang mana pendidikan agama menjadi nomor satu dalam keluarganya, sehingga membuat Fatmawati mengenyam pendidikan agama secara ekstra, terutama di Sekolah Standar Muhammadiyah.
Namun, Fatmawati juga mengimbangi pendidikan formalnya di sekolah HIS (Hollandsch InlandschSchool) pada tahun1930 (Fatmawati,1978: 20-21).
Belajar secara ketat pada masa remajanya sangat membuat Fatmawati menikmati kehidupan dari sekolah satu ke sekolah lainnya, itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus mampu mengikuti jejak ayahnya yang menjadi sosok inspiratif bagi dirinya.
Terlebih ketika Fatmawati mengenal sosok Ir. Soekarno yang pada saat itu merupakan gurunya. Ir. Soekarno pun sangat mengagumi akan pola fikir yang dimiliki gadis cantik tersebut. Di umurnya 15 tahun, Fatmawati mampu diajak berdiskusi filsafat islam, hukum-hukum islam, bahkan masalah gender dalam pandangan islam. (CindyAdams,1966:185-198).
Karena jiwa semangat dan ketajaman berpikir terhadap ajaran agama Islam yang telah menempanya, serta ketajaman menyikapi fenomena sosio kulturalnya, beliau mampu mengoperasionalisasikan
fungsi rasionalitasnya sebagai pengendali dari unsur-unsur emosi yang selalu merangsang dalam setiap detik kehidupan manusia.
Siapa sangka, sosok tersebut menjadi kembang di masa remajanya. Tumbuh di tengah keluarga terpandang dan pribadi yang sangat menarik membuat semua mata melihat sosok gadis bengkulu bahkan menjadi buah bibir teman, masyarakat, bahkan Ir. Soekarno sebagai guru yang juga menjadi rekan diskusi beliau.
bersambung