‘Why’ Pilkada Kaur 2020?

Kaur, Sentralnews.com- Banyak publik bertanya mengapa (why?) dengan pemilihan kepada daerah (Pilkada) 2020 Di Provinsi Bengkulu terkhusus pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di Kabupaten Kaur, yang menjadi perhatian publik nasional terkhusus bumi sease seijean sendiri ditengah ketakutan masyarakat akan bahaya pandemi covid-19.

Berkaca pada tujuh Kabupaten yang sama sama sedang menyelengarakannya pesta demokrasi lima tahunan ini, salah satunya menjadi contoh positif pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Lebong yang diikuti oleh 4 (empat) pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati yang terkesan hening tanpa persoalan, sangat berbanding terbalik dengan pemilihan Kepala Daerah Kabupaten kaur yang hanya diikuti 2 (dua) pasangan calon yang uforianya terasa bernuansa negatif yang sangat kental dikalangan masyarakat.

Pakar Hukum Universitas Bengkulu Prof. Herlambang mengatakan ada pergeseran nilai-nilai demokrasi yang terjadi pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Kaur yang digiring salah satu paslon, yang seharusnya unjuk visi dan misi program-program membangun untuk meyakinkan hati masyarakat untuk memilih secara objektif.

“Bahwa di Kab Kaur Pilkadanya Beda dan sedang di giring ke Hal yang tidak baik oleh salah satu pasangan.kalau dulu Banyak yang menyampaikan Program visi dan misi untuk Menang Sekarang Sepertinya ada Salah satu Pasangan Calon Pilkada yang tidak Memperkenalkan Program,” Pungkasnya.

Guru besar ini juga menduga ada persoalan tendensius yang dilakukan salah satu pasangan calon (paslon) yang seakan politik itu pertandingan saling serang dengan harapan ada yang terguling dan masyarakat tidak ada pilihan didalam menentukan nasib mereka siapa yang pantas menjadi pemimpin mereka empat tahun kedepan dari 2020 hingga 2024.

“dan lebih banyak Menyerang Pasangan Calon lain di bandingkan Programnya, Sepertinya Belum Siap Bersaing secara Sehat dan Terkesan Tidak Siap Kalah dan Siap Menang,” Praduga beliau.

Kesan buruk, dan upaya membenturkan semua pihak ini menurur Herlambang dapat menciderai demokrasi yang seyogyanya pemilihan berjalan damai dan mencerdaskan pemilih milenial, didalami memilih pasangan calon pemimpin yang berkualitas.

“Sudah Merasa Takut Duluan Sebelum Bertarung.Hal ini Membodohi Masyarakat dalam berdemokrasi”Tutupnya.