JAKARTA – Seperti kisah Kabayan dan istrinya Nyi Iteung sewaktu pergi ke kota yang ada dibenak Kepala Desa Panggungharjo Wahyudi saat tiba di kota Beijing, China pada Sabtu (23/3).
Maklum, wahyudi bersama rekan2 lainnya dari kepala desa, penggiat desa dan pendamping desa diberangkatkan oleh kementerian desa pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi untuk studi banding di China.
Dalam catatannya, wahyudi menceritakan terkait para delegasi indonesia ini dengan bersemangat keluar dari pesawat saat tiba di bandara beijing yang sedang pergantian musim dingin ke musim semi dengan suhu berkisar antara 3 sampai 18 derajat Celsius
Masih di Bandara Beijing, semua penumpang yang bukan warga negara Tiongkok harus melakukan pengecekan sidik jari dengan passport secara mandiri melalui mesin pindai. Kalau sudah sesuai akan memperoleh semacam kartu pas. Setelah itu, ada pemeriksaan keimigrasian, sambil menunggu antrian pemeriksaan, kepala desa panggungharjo mendapat teguran dari petugas keamanan karena mengabadikan situasi pemeriksaan dengan kamera hand phone
“Untunglah staf kedutaan tiongkok Mr. Xie Chenngsuo yang menjabat sebagai First Secretary of Embassy of China in Indonesia segera datang dan memintakan maaf atas ke-ndeso-an kami. Lepas dari pemeriksaan imigrasi kita kemudian harus menaiki kereta bandara untuk sampai terminal barang untuk mengambil bagasi. Setelah itu menuju tempat penginapan di Yu Yang Hotel,” katanya.
Selama perjalanan menuju hotel, di kanan kiri jalan, tampak pohon sakura mulai menampakan daun dan kuncup bunga yang masih malu menyapa mentari pagi. Bahkan, di beberapa sudut kota banyak ditemui ruang terbuka hijau dimana para lansia berkumpul dan beraktifitas, bahkan ada beberapa pasangan lansia yang sedang belajar dansa.
“turut bahagia rasanya melihat orang orang yang sudah sepuh mengisi hari tuanya dengan kegembiraan,” katanya.
Sesampainya dihotel, seorang pegawai pemerintah di Departemen Kerjasama Internasional kementrian Pertanian dan Pedesaan Republik Rakyat Tiongkok memberikan arahan terkait dengan kamar dan agenda kegiatan selama di Beijing. Hal yang mengejutkan saat diberikan satu kantong besar untuk masing masing orang yang ternyata kantong ini berisi 1 unit wireless router dan 1 unit universal travel adaptor. Dua barang yang sewaktu di Indonesia sempat menteror para peserta terkait informasi stop kontak yang berbeda dengan indonesia.
“Ternyata semuanya telah disiapkan dengan sangat detail. Seolah mereka sangat paham dengan apa yang dibutuhkan. Dengan peristiwa ini, kita diberikan pemahaman bagaimana seorang penyedia barang maupun jasa harus memahami permasalahan yang dihadapi oleh customers sehingga mampu menghadirkan barang maupun jasa yang sama persis dengan apa yang dibutuhkan oleh customers inilah yang disebut sebagai pelayanan paripurna (service excellence). Pelayanan yang mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan secara sempurna,” katanya.
Perlu diketahui, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo melepas sejumlah kepala desa, penggiat desa dan pendamping desa yang akan mengikuti studi banding ke negara Korea dan China pada jumat (22/3).
Salah satu tujuan pengiriman itu agar desa-desa lebih inovatif dalam melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal tersebut sejalan dengan salah satu program yang diusung Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yakni Program Inovasi Desa.
Menurut Eko, studi banding ke luar negeri diharapkan dapat meningkatkan kompetensi dan memunculkan inovasi dalam pengelolaan dan pembangunan desa, serta para peserta dapat membangun jaringan, menambah pengetahuan dan membuka pasar antar kepala desa dengan mitra luar negeri.
“Kita memerlukan kepala desa, pengiat desa dan pendamping desa untuk lebih punya wawasan lagi. Diharapkan setelah kunjungan itu, para peserta bisa menerapkan didesanya masing-masing apa yang apa yang mereka liat di luar negeri,” katanya.
Lebih lanjut, Eko menambahkan bahwa untuk tahun ini, Kemendes PDTT telah merencanakan akan mengirim seribu peserta dari kepala desa, penggiat desa dan pendamping desa ke sejumlah negara lainnya untuk studi banding seperti ke negara Jepang, Thailand, Vietnam dan Malaysia.
“Salah satu cara yang paling cepat kita belajar adalah kita melihat negara lain yang relatif sudah maju. kita harapkan kepala desa dan penggiat desa ini punya wawasan yang lebih lagi. Kegiatan ini juga penting untuk pengembangan sumber daya manusia di Indonesia. Jadi tidak hanya infrastruktur yang dibangun, tapi juga manusianya,” katanya.
Sementara itu, Sekjen Kemendes PDTT Anwar Sanusi menyebutkan bahwa para peserta yang mengikuti studi banding ke China akan mempelajari terkait revitalisasi pembangunan desa, kebijakan pengentasan kemiskinan, pertanian modern, perikan air tawar dan diskusi dengan perani lokal di china.
“Sedangkan yang ke negara Korea akan mempelajari terkait pembangunan pemberdayaan masyarakat desa, mengunjungi pusat buah buah kering dan mempelajari pendistribuannya serta mengunjungi pabrik pengolahan ikan dan pasar-pasar perdesaan di Korea,”katanya.