Mengulas Balik Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Kertosono

Nganjuk, Sentralnews.com – Didorong keinginan dan tekad yang kuat untuk meningkatkan pengetahuan, dan pendidikan yang lebih tinggi, masyarakat kertosono dan sekitarnya pada masa sebelum tahun 1964 rela berjalan kaki atau bagi anak yang kaya naik sepeda pancal atau kos di luar Kertosono untuk melanjutkan pendidikan di tingkat menengah atas.

Kenyataan tersebut tidak hanya membatasi semangat dan tekad mereka untuk mengembangkan diri dan meningkat sumber daya manusia, namun bagi sebagian mereka yang telah mendapat kesempetan juga merupakan pemborosan, baik segi waktu, biaya, dan tenaga.

Keadaan seperti ini sangat memprihatinkan beberapa tokoh masyarakat Kertosono, karena hanya sebagian kecil masyarakat yang dapat melanjutkan. Terbentur biaya dan waktu karena harus sekolah di luar Kertosono, seperti Jombang, Kediri, atau nganjuk kota tidak sedikit di antara mereka akhirnya mereka hanya bisa memendam keinginan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

Berangkat dari tekad dan semangat masyarakat Kertosono akan kebutuhan lembaga pendidikan menengah atas sebagai wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia, dan didorong kepedulian beberapa tokoh masyarakat yang dimotori oleh mas Margono ( pembantu bupati, kepala daerah Nganjuk di Kertosono), Mochamad Fadil ( Pengurus PN Garam Kertosono), mas Soetejo ( pemeriksa pendidikan masyarakat di kertosono) dan Mochamad Sofcan (pedagang). Pada tahun 1964 berdirilah sebuah yayasan yang berdiri dalam dunia pendidikan, yaitu yayasan pendidikan lanjutan atas Kertosono dengan akta notaris Mudjiono di Kediri 16 juni 1964.

Yayasan pendidikan lanjutan atas Kertosono pada saat itu juga mendirikan sekolah menengah atas di Kertosono yang di kenal dengan SMA YPK sangat membanggakan masyarakat Kertosono dan sekitarnya sehingga perkembangannya sangat cepat. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, banyak masyarakat yang menghendaki dibukanya sekolah kejuruan tingkat atas. Untuk menjawab semangat dantuntunan masyarakat akan kebutuhan pendidikan dan pengetahuna serya ketrampilan di bidang ekonomi dan perkantoran, tepatya pada tahon 1969 yayasan pendidikan kejuruan atas Kertosono membuka sekolah menengah ekonomi atas atau SMEA YPK yang menempati gedung SMA YPK pada sore harinya.

Adanya SMA dan SMEA YPK yang merupakan sekolah swasta, tampaknya belum membuat puas masyarakat tokoh-tokoh masyarakat Kertosono. Mereka menginginkan sekolah negeri di Kertosono. Maka berdasarkan surat penyerahan nomor YPK 01/A/V/1975 tanggal 06 maret 1975, bapak slamet selaku pembantu Bupati kepala daerah tingkat II nganjuk di Kertosono bertindak atas nama pengurus yayasan pendidikan lanjutan atas Kertosono menyerahkan bangunan gedung dan isinya kepada menteri pendidikan dan kebudayaan republik Inidonesia pada saat itu bapka Prof.Dr. Syarif Thayeb sebagai wakil dari pemerintah pusat. Sejak saat itu SMA YPK Kertosono telah berubah status menjadi SMA Negeri 1 Kertosono.

Yang semula SMA Negeri 1 Kertosono hanya memiliki 3 kelas dengan rata-rata setiap kelas 40 anak sekarang telah berkembang pesat menjadi 30 kelas, Yakni kelas X sebelas kelas, kelas XI sebelas kelas, dan XII sebelas kelas.

Demikian juga tenaga guru dan karyawan yang ada. Pada saat itu guru dan karyawan berstatus sebagai guru kareawan swasta. Berkat kegigihan salah seorang karyawan pada saat itu, bapak Sasmito memperjuangka status kepegawaian di departemen pendidikan jakarta, akhirnya banyak karyawan dan guru yang berstatus negeri.

Pewarta: Prabowo.