Kopi Bubuk Lestari: Menghidupkan Tradisi Kopi Berkelanjutan di Desa IV Suku Menanti

Bengkulu, Sentralnews.com – Di balik gemerlapnya kota Curup, terdapat sebuah kisah yang tak kalah menarik dari desa kecil yang bernama Desa IV Suku Menanti Kecamatan Sindang Dataran Kabupaten Rejang Lebong. Di desa ini, terdapat sebuah usaha kecil yang kini telah tumbuh pesat, yaitu Kopi Bubuk Lestari.

Segalanya bermula pada tahun 2012 ketika owner Kopi Lestari Supriadi, sang pemilik, memulai usaha kecilnya dengan satu tujuan mulia: meningkatkan perekonomian dirinya dan masyarakat sekitar. Dengan tekad yang kuat, ia mulai belajar proses roasting dengan alat sederhana drum bekas dipotong untuk tempat penggorengan atau sering dikenal roasting dan produksi kopi hanya berkisar 10 kilogram setiap kali produksi, setelah dipasarkan kopi bubuk tersebut dirinya hanya memperoleh penghasilan 45 ribu rupiah setiap 3 bulan.

Perjuangan tidak berhenti di situ. Tahun demi tahun berlalu berdasarkan semangat dan pengalaman usahanya mulai lancar pada tahun 2014  dirinya pernah memproduksi kopi mencapai 750 kilogram per bulan.

Dan pada tahun 2016 dirinya bertemu dengan salah satu petinggi Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu, tepat pada tahun 2017 dirinya mulai dibimbing secara SDM, pertama kali diberangkatkan studi banding ke Jember ke tempat pengolahan kopi  dan dan dibantu beberapa alat produksi seperti tempat penjemuran, alat alat roasting hingga Peckaging  dan usahanya meningkat pesat dan terus berkembang hingga saat ini.

Tak hanya fokus pada peningkatan produksi, Kopi Bubuk Lestari juga peduli pada lingkungan sekitar. Mereka melakukan pengelolaan limbah kulit kopi dengan kreatifitas, menjadikannya sebagai pakan ternak, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan.

Prestasi Kopi Bubuk Lestari pun semakin dikenal, dengan penghargaan sebagai Desa Wisata peringkat satu dari GBWI. Produknya juga telah diterima dengan baik di pasaran, tersebar di 125 warung di berbagai daerah seperti Rejang Lebong, Lubuk Linggau, Tebing Tinggi, hingga ke kota-kota besar seperti Bengkulu, Jakarta, Depok, Bekasi, dan Tegal.

Meski telah mengalami perkembangan yang pesat, Kopi Bubuk Lestari masih berjuang untuk menembus pasar ekspor. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah persyaratan ekspor yang meminta kadar air di bawah 13, sementara mayoritas kopi dihasilkan masih berkisar di 20 persen kadar air.

Dibalik semua pencapaian dan tantangan itu, Kopi Bubuk Lestari tetap teguh dalam visinya untuk menjaga keberlanjutan usaha dan menghadirkan kopi berkualitas bagi masyarakat. Semangat dan dedikasi Sang Owner, Kopi Lestari Supriadi, menjadi pilar utama dalam perjalanan panjang usaha kecil yang kini telah tumbuh menjadi kebanggaan Desa IV Suku Menanti.C**R