Ojek Online dan Teori Difusi Inovasi: Perubahan Wajah Transportasi di Bengkulu Sebagai Contoh Nyata Teori Difusi Inovasi Dalam Komunikasi Massa

Opini, Sentralnews.com – Perkembangan ojek online di Bengkulu adalah gambaran sempurna dari bagaimana inovasi menyebar dan diterima dalam masyarakat, sesuai dengan teori difusi inovasi dalam komunikasi massa. Teori ini menguraikan bagaimana suatu inovasi diperkenalkan, diterima oleh masyarakat, dan akhirnya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Kehadiran ojek online bukan sekadar fenomena teknologi, tetapi juga cerminan transformasi sosial yang mendalam.

Saat ojek online pertama kali hadir, hanya sebagian kecil masyarakat Bengkulu yang langsung memanfaatkannya. Mereka ini disebut sebagai early adopters, yakni orang-orang yang cenderung terbuka terhadap inovasi baru, terutama generasi muda dan pekerja urban yang akrab dengan teknologi digital. Mereka mulai menikmati kemudahan yang ditawarkan: tarif yang transparan, waktu tunggu yang singkat, dan akses langsung melalui aplikasi. Bagi mereka, ojek online bukan hanya alat transportasi, tetapi solusi yang menjawab kebutuhan mobilitas modern.

Seiring waktu, pengalaman positif para early adopters menyebar ke lingkaran yang lebih luas. Mereka merekomendasikan layanan ini kepada teman, keluarga, dan rekan kerja, hingga akhirnya masyarakat umum yang awalnya ragu mulai tertarik. Tahapan inilah yang dalam teori difusi inovasi dikenal sebagai fase mayoritas awal. Perubahan ini tidak hanya dipicu oleh faktor kemudahan, tetapi juga oleh pengaruh sosial. Banyak orang yang tertarik mencoba setelah melihat betapa efisiennya layanan ojek online ini dibandingkan dengan moda transportasi konvensional.

Pada awalnya, tak semua pihak menerima perubahan dengan cepat. Di Bengkulu, masih ada sebagian masyarakat, terutama mereka yang lebih tua atau yang telah lama bergantung pada transportasi tradisional, yang menunjukkan resistensi (penolakan). Mereka disebut sebagai laggards (kelompok yang paling lambat dalam mengadopsi inovasi baru). Resistensi ini bisa disebabkan oleh ketidakpercayaan terhadap teknologi, kekhawatiran soal keamanan data, atau sekadar kesulitan beradaptasi dengan sistem baru. Lambat laun, tekanan kebutuhan dan rekomendasi dari orang-orang terdekat membuat sebagian dari mereka mulai beralih dan mulai tertarik dengan kemajuan teknologi khususnya dalam bidang transportasi umum.

Kehadiran ojek online di Bengkulu juga telah mengubah dinamika ekonomi lokal. Di satu sisi, pengemudi ojek tradisional menghadapi tantangan serius karena mereka harus bersaing dengan layanan yang lebih modern dan terorganisir. Bagi sebagian dari mereka, bergabung dengan platform ojek online menjadi pilihan yang masuk akal, untuk tetap bertahan di tengah perubahan zaman. Selain itu, dengan akses yang lebih mudah ke transportasi, masyarakat kini lebih tergerak untuk melakukan perjalanan, meningkatkan aktivitas ekonomi, khususnya di sektor jasa dan perdagangan.

Jika dilihat dari kacamata teori difusi inovasi, keberhasilan ojek online di Bengkulu dapat dipahami sebagai hasil dari kombinasi antara faktor kemudahan akses, pengaruh sosial, dan kebutuhan masyarakat akan solusi transportasi yang lebih praktis. Namun, adopsi teknologi ini juga mengingatkan kita bahwa perubahan besar dalam masyarakat sering kali terjadi secara bertahap, dimulai dari minoritas kecil yang berani mengambil risiko, kemudian menyebar ke mayoritas, hingga akhirnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Perubahan ini adalah bukti bahwa masyarakat Bengkulu, seperti masyarakat lainnya di dunia, selalu berada dalam dinamika yang terus berkembang. Inovasi tidak hanya memperkenalkan teknologi baru, tetapi juga memengaruhi cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi. Ojek online hanyalah salah satu dari sekian banyak inovasi yang terus mengubah wajah kota ini, dan masa depan transportasi, baik di Bengkulu maupun kota-kota lain akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan masyarakat.

Penulis: Yunti Anita mahasiswa S1 Jurnalistik universitas Bengkulu