Bengkulu, Sentralnews.com- Pecinta burung memang tidak memandang usia dan kalangan. Peminatnya beragam, mulai dari pelajar, petani, PNS, pedagang, wiraswasta, sampai anggota Polisi. Breading ataupun tangkaran Hakim yang merupakan warga Hibrida 10 Kecamatan Gading Cempaka ini memiliki hobi memelihara burung lovebird. Saat ini, Hakim sapaan akrabnya memelihara burung lovebird hingga 20 pasang. Burung jenis paruh bengkok berukuran kecil ini sangat indah karena mempunyai bulu yang berwarna cerah.
Piaraan Hakim bukan hanya burung lovebird biasa, semua adalah burung love bird jenis kekekan dan warna, yang pastinya jenis burung lovebird ini adalah burung yang harganya bukan lagi ratusan ribu tapi harganya adalah jutaan.
Hakim menceritakan awal dirinya suka burung lovebird yang bermula pada tahun 2015, Ia mencoba peluang bisnis dengan beternak burung.
“Sejak awal memang saya sudah hobi piara burung, dulu suka ikut kontes burung kicau juga dan kebetulan teman juga ada teman yang ternak lovebird, dari situlah saya mencoba membeli sepasang burung dari daerah solo dengan harga sepasang Rp 1.5 juta,” tuturnya
Dari sepasang yang ia beli itu tersebut, seiring berjalannya waktu mulai berkembang menjadi banyak. Bertambahnya burung, tidak membuat Hakim langsung menjualnya, namun hasilnya itu dibuat untuk membeli burung yang kualitasnya Iebih baik.
“Waktu puncaknya saat tahun 2018 harga lovebird meroket, saya beli jenis lovebird Parblue anakan dengan harga 8 juta rupiah, Alhamdulillah keluar anak Parblue satu ekor laku sampai 3 juta rupiah.” tuturnya.
meski saat ini harga burung lovebird turun, tidak memberikan dampak signiflkan bagi dirinya. Saat ini harga satu burung love bird parblue masih berkisar Rp 500 ribuan sampai 1 jutaan. Baginya, harga tersebut masih untung, hal ini karena untuk ternak satu pasangnya, bisa beranak sampai menetaskan tiga burung dengan jenis yang sama.
“Saat ini faktor pasar memang Iagi Iesu, hal ini dikarenakan sudah banyak yang ternak lovebird apa lagi depot pengepul sampai tiap minggu masuk dari luar provinsi hingga pasaran haraga lovebird ijo standar dengan harga 100 ribuan saja, sehingga saat panen bareng, harga burung turun, namun jika produksi masih lancar, tentu tetap ada pemasukan,” tuturnya.
Hakim menambahkan, selama tiga tahun berbisnis burung tersebut, Sekance Bird Farm, nama kandang ternak miliknya, bisa menjadi penghasilan di luar tugasnya sebagai seorang karyawan . “Sekarang sudah bisa dirasakan, namun awalnya juga saya dari nol dan dari harga yang murah,” katanya.
Dengan majunya binis burung itu dirinya terus berupaya untuk mengembangkannya. Bahkan Hakim tidak memperdulikan harga burung yang terus turun. “Kadang ada yang bosen, saya harap jangan pernah bosan untuk mencoba dan berusaha demi kehidupan yang Iebih baik. Jadikan kendala sebagai peluang. Cari peluang sebaik mungkin untuk di manfaatkan dalam mencari rezeki yang tentunya sebagai modal untuk kebaikan,” harapnya.(RIL**)